Dosen peneliti Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB). Muhammad Yorga Permana, mengungkapkan pandangannya terkait viralnya tagar #KaburAjaDulu di media sosial. Ia menilai bahwa fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, tetapi sebuah refleksi nyata dari meningkatnya frustrasi generasi muda terhadap kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Banyak anak muda merasa bahwa peluang kerja semakin sempit. Sementara biaya pendidikan terus melonjak dan gaji yang di tawarkan tidak sebanding dengan kebutuhan hidup. Akibatnya, mereka mulai mencari alternatif di luar negeri dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan stabil.
Menurut Yorga, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Indonesia Juara Foundation, fenomena ini tidak muncul secara tiba-tiba. Sebaliknya, ini adalah akumulasi dari berbagai tantangan ekonomi dan sosial yang semakin sulit di hadapi oleh generasi muda. Minimnya kesempatan kerja, tingginya persaingan, dan rendahnya apresiasi terhadap tenaga kerja menjadi alasan utama di balik keputusan banyak anak muda untuk meninggalkan Indonesia.
Lebih lanjut, Yorga mengidentifikasi tiga faktor utama yang mendorong generasi muda untuk mencari peluang di luar negeri. Ia menekankan bahwa tanpa adanya perubahan signifikan dalam kebijakan ketenagakerjaan. Tren ini bisa terus berlanjut dan semakin berdampak pada masa depan tenaga kerja di Indonesia.
Ledakan Pengangguran sebagai Pemicu
Fenomena #KaburAjaDulu tidak lepas dari meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Kesulitan mencari pekerjaan mendorong banyak anak muda untuk mempertimbangkan bekerja di luar negeri.
Menurut data terbaru, tingkat pengangguran terus meningkat akibat ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dan peluang yang tersedia. Banyak lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang mereka. Selain itu, disrupsi teknologi dan otomatisasi semakin mempersempit kesempatan kerja. Banyak industri beralih ke sistem digital, mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia, terutama di sektor konvensional.
Di sisi lain, kebijakan ketenagakerjaan belum sepenuhnya mampu mengakomodasi kebutuhan angkatan kerja muda. Rendahnya upah minimum dan kurangnya perlindungan tenaga kerja membuat pekerjaan di dalam negeri terasa kurang menjanjikan. Akibat dari kondisi ini, banyak generasi muda lebih memilih mencari peluang di luar negeri. Mereka melihat negara lain menawarkan gaji lebih tinggi, sistem kerja yang lebih adil, dan kesempatan berkembang lebih besar.
Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa solusi konkret, bukan tidak mungkin ledakan pengangguran akan semakin parah. Pemerintah dan dunia industri perlu segera merespons agar angkatan kerja muda tidak semakin kehilangan harapan.
Baca Juga :Mendiktisaintek: ASN Tugas Belajar Tetap Bisa Naik PangkatĀ
Pandangan Dosen ITB terhadap Fenomena Ini
Dosen peneliti Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), Muhammad Yorga Permana, menegaskan bahwa tren #KaburAjaDulu bukan sekadar bentuk keluhan di media sosial. Ia melihat fenomena ini sebagai indikator nyata dari krisis ketenagakerjaan yang semakin parah di Indonesia.
Menurut Yorga, lonjakan angka pengangguran, ketidakpastian ekonomi, serta ketimpangan antara keterampilan dan kebutuhan industri menjadi pemicu utama. Banyak lulusan perguruan tinggi merasa bahwa gelar akademik saja tidak cukup untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Selain itu, rendahnya daya saing tenaga kerja lokal juga memperburuk situasi. Banyak perusahaan lebih memilih tenaga kerja dengan keterampilan spesifik yang tidak selalu diajarkan di dunia pendidikan formal. Akibatnya, lulusan baru sering kali harus beradaptasi sendiri atau bahkan bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan keahlian mereka.
Yorga juga menyoroti bahwa minimnya inovasi kebijakan ketenagakerjaan membuat Indonesia semakin tertinggal dalam menghadapi tantangan global. Negara-negara lain mulai menerapkan sistem kerja yang lebih fleksibel dan menawarkan kesejahteraan lebih baik, sehingga menarik minat tenaga kerja muda dari Indonesia.
Jika situasi ini dibiarkan, eksodus tenaga kerja muda berkualitas akan terus meningkat. Tanpa upaya serius untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dan menciptakan peluang yang lebih baik, Indonesia berisiko kehilangan generasi produktif yang seharusnya menjadi motor penggerak ekonomi nasional.
Baca Juga : ASN Pendidikan Kini Lebih Mudah Urus Izin dan Tugas Belajar!
Solusi untuk Mengatasi Pengangguran
Mengatasi ledakan pengangguran memerlukan pendekatan menyeluruh yang melibatkan pemerintah, industri, dan institusi pendidikan. Tanpa strategi yang jelas, tren #KaburAjaDulu akan semakin meluas dan berdampak pada hilangnya tenaga kerja potensial di Indonesia.
Pendidikan dan pelatihan keterampilan harus menjadi prioritas utama. Kurikulum akademik perlu di sesuaikan dengan kebutuhan industri agar lulusan lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja. Program vocational training dan sertifikasi berbasis teknologi juga harus di perluas untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja.
Selain itu, pemerintah perlu memperbaiki kebijakan ketenagakerjaan dengan memastikan upah yang layak, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, serta memberikan perlindungan bagi pekerja. Regulasi yang lebih fleksibel namun tetap berpihak pada kesejahteraan tenaga kerja dapat membantu menekan angka pengangguran. Di sisi lain, wirausaha dan ekonomi digital bisa menjadi solusi alternatif bagi anak muda. Peluang bisnis berbasis teknologi, seperti e-commerce, startup, dan freelancer digital, semakin terbuka lebar. Dukungan dalam bentuk akses permodalan dan pembinaan bisnis dapat membantu generasi muda menciptakan lapangan kerja sendiri.
Jika langkah-langkah ini diterapkan dengan serius, tren migrasi tenaga kerja ke luar negeri dapat di kendalikan. Dengan menciptakan ekosistem kerja yang lebih sehat dan berkelanjutan, Indonesia bisa mempertahankan talenta terbaiknya untuk membangun ekonomi nasional yang lebih kuat.
Kesimpulan
Fenomena #KaburAjaDulu yang viral di media sosial mencerminkan meningkatnya ketidakpuasan generasi muda terhadap kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan di Indonesia. Tingginya angka pengangguran, mahalnya pendidikan, serta rendahnya gaji membuat banyak anak muda mempertimbangkan bekerja di luar negeri sebagai alternatif yang lebih menjanjikan.
Menurut Muhammad Yorga Permana, dosen SBM ITB, fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan dampak dari berbagai tantangan ekonomi dan sosial yang terus memburuk. Ketidakseimbangan antara keterampilan tenaga kerja dan kebutuhan industri, serta minimnya kebijakan ketenagakerjaan yang inovatif, memperburuk situasi. Jika tidak ada solusi konkret, Indonesia berisiko kehilangan banyak tenaga kerja muda berbakat.
Untuk mengatasi masalah ini, di perlukan strategi menyeluruh yang melibatkan pemerintah, industri, dan institusi pendidikan. Reformasi sistem pendidikan, peningkatan pelatihan keterampilan, perbaikan kebijakan ketenagakerjaan, serta dorongan terhadap wirausaha dan ekonomi digital menjadi langkah penting. Dengan menciptakan ekosistem kerja yang lebih kompetitif dan berkelanjutan, Indonesia dapat menekan angka pengangguran dan mempertahankan talenta terbaiknya.
Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing di dunia kerja adalah dengan memiliki sertifikasi profesional yang di akui industri. MySertifikasi menyediakan berbagai program sertifikasi yang dapat membantu meningkatkan keterampilan dan membuka peluang karier yang lebih luas. Dengan mengikuti sertifikasi, generasi muda bisa lebih siap menghadapi persaingan global dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, baik di dalam maupun luar negeri. Jangan ragu untuk meningkatkan kompetensi Anda bersama MySertifikasi dan raih peluang karier yang lebih cerah!